Selasa, 20 Mei 2014

INOVASI PEMBELAJARAN DI PAUD







Memanfaatkan Barang Bekas Untuk Mengembangkan Aspek-Aspek Anak Usia Dini Dengan Metode Montessori
Diajukan untuk Mengikuti Lomba Inovasi Pembelajaran




Oleh:
Siti Aminatur Rosidah




TK PERTIWI
KECAMATAN GUMUKMAS
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER
2014

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................I
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................2
Tujuan..........................................................................................................2
Manfaat........................................................................................................2
BAB II Aspek – Aspek Perkembangan Anak Usia Dini.....................................3
Perkembangan Kognitif...............................................................................3
Perkembangan Fisik/ Motorik......................................................................8
Metode Mentosori .....................................................................................10
Montessori Dan Praktik-Praktik Kontemporer..........................................12
Pengertian Barang Bekas...........................................................................13
Pengaplikasian Barang Bekas Dengan Metode Montessorik.....................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................18
Kesimpulan................................................................................................18
Saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................19
                                                                       





KATA PENGANTAR

Pada dasarnya pendidikan anak usia dini sangatlah berpengaruh besar terhadap tumbuh kembangnya, Salah satu cara pendidik untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan anak usia dini yaitu dengan melalui metode dan pendekatan sesuai dengan pembelajaran. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Salah satunya yaitu metode menggunakan barang bekas dalam proses belajar mengajar.
Sehingga menibulkan perubahan-perubahan penting yang terjadi pada pendidikan Anak usia dini masa kini,dan bagaimana menunjukkan perubahan tersebut dapat diterapkan dalam keseharian,sehingga anak dapat gagasan dan pengetahuan baru serta tanggung jawab  tidak lupa peran pendidik dan orang tua sangatlah penting dalam perubahan tersebut.
untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik guru dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran,sehingga selain tercapainya tujuan,siswa dapat menerima,mencerna,paham dan mengerti pelajaran yang di ajarkan.Setiap metode  mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru,adalah ketepatan dalam memilih,menentukan mana diantara metode-metode itu yang lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran,serta kemampuan mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan serasi.


Jember,......................2014
Penyusun
Siti Aminaturrosidah






BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan  terdiri dari aspek-aspek anak usia dini yaitu kognitif, moral, sosial dan emosional, bahasa, dan motorik  (motorik halus dan motorik kasar).
Salah satu cara pendidik untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan anak usia dini yaitu dengan melalui metode dan pendekatan sesuai dengan pembelajaran. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Salah satunya yaitu metode menggunakan barang bekas dalam proses belajar mengajar.
Memang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik guru dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran,sehingga selain tercapainya tujuan,siswa dapat menerima,mencerna,paham dan mengerti pelajaran yang di ajarkan.Setiap metode  mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru,adalah ketepatan dalam memilih,menentukan mana diantara metode-metode itu yang lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran,serta kemampuan mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan serasi.
Dengan kata lain untuk menyajikan pengajaran yang lebih menarik perhatian/minat bagi anak didik,antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya amatlah diperlukan dengan metode yang berbeda,bahkan diantara bahan-bahan materi tertentupun memerlukan metode yang berlainan,meskipun masih di dalam satu bidang studi tertentu.Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Dalam kegiatan belajar ini akan dikemukakan tantang konsep, karakteristik, prosedur, keterbatasan, dan keunggulan metode mengajar simulasi yang mungkin banyak digunakan oleh guru.Penggunaan metode mengajar yang didasarkan pada pembentukan kemampuan siswa, seperti memiliki kreativitas.

B.Rumusan masalah
1.      Apakah  aspek pendidikan anak usia dini ?
2.      Apa yang di maksud metode Montessori?
3.      Apa pengertian barang bekas ?
4.      Bagaimana caranya memanfaatkan barang bekas untuk mengembangkan aspek- aspek anak usia dengan metode Montessori?
C.Tujuan
1.      Untuk mengetahui  aspek pendidikan anak usia dini
2.      Untuk mengetahui metode Montessori 
3.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dari barang bekas
4.      Untuk mengetahui bagaimana caranya memanfaatkan barang bekas untuk mengembangkan aspek- aspek anak usia dengan metode Montessori
D.Manfaat
1.      Membantu pengembangan aspek- aspek anak usia dini secara optimal
2.      Anak akan selalu berpikir kritis, kreatif, inofatif dll
3.      Mengurangi sampah
4.      Mengurangi anggaran untuk alat permainan


BAB 2

PEMBAHASAN

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Oleh sebab itu di perlukan suatu instansi pendidikan anak usia dini yang berfungsi sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang di lalui anak usia dini/ upaya untuk mengambangkan aspek-aspek anak usia dini.

A.    Aspek – aspek perkembangan anak usia dini
Catron dan allen (1999:23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognitif, dan keterampilan motorik sangat penting dan harus di pertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Kreatifitas tidak dipandang tidak di pandang sebagai perkembangan tambahan sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain kreatif.
Seiring dengan perkembangan jaman para ahli anak usia dini menyatakan aspek – aspek anak usia dini yang wajib dikembangkan adalah kognitif, sosial dan emosional, bahasa,moral, dan motorik  (motorik halus dan motorik kasar), mereka beranggapan untuk mengembangkan aspek- aspek di perlukan seorang pembimbing, pendidik dan lingkungan yang mendukung agar aspek- aspek tersebut dapat berkembang secara seimbang.
  Aspek-aspek pada anak usia dini
a)      Perkembangan kognitif
Piaget dalam Catron dan Allen (1999:7-8) menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika anak sudah membangun pengetahuan melalui eksplorasi aktif dan penyelidikan pada lingkungan fisik dan sosial di lingkungan sekitar. Sedangkan Vygotsky memandang bahwa kognitif itu merupakan suatu fenomena sosial atau sesuatu yang di bangun secara sosial. Pengalaman sosial membentuk cara berpikir dan cara berpikir dan cara mengintrepretasikan lingkungan. Jadi berpikir tidak hanya di batasi oleh otak individu semata tetapi juga di pengaruhi oleh pemikiran-pemikiran orang lain (Solehuddin: 2004: 1)
Dari penjelasan Piaget dan Vygotsky  Kognitif dapat di artikan sebagai salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan dan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
 antara lain pengetahuan (knowledge),pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Teori ini lebih menekankan pada bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh anak . Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. 
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik  misalnya saja Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif yang  Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah:
1.      Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja.
2.      Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas.
3.      Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun.
Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi.
4.      Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.




b)     Perkembangan Sosial Emosional
Ø  Perkembangan sosial
            Perkembangan sosial meliputi Kompetensi Sosial yaitu kemampuan untuk bermanfaat bagi lingkungan sosialnya,Kemampuan Sosial yaitu perilaku yang digunakan dalam situasi sosial, Pengamatan Sosial yaitu memahami pikiran-pikiran,niat,dan perilaku diri sendiri maupun orang lain, Perilaku Prososial merupakan sikap berbagi, menolong, bekerjasama, empati, menghibur, reassure  to make somebody feel less anxious or worried yang berarti bertahan dan menguatkan orang lain untuk memutuskan mana yang benar atau salah, kemampuan untuk memperhatikan keutuhan dan kesejahteraan orang lain.
             Dari penjabaran di atas dapat diartikan bahwa perkembangan sosial merupakan perubahan peningkatan pengetahuan yang berbentuk spiral tentang dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini dipengaruhi baik oleh pengalaman maupun hubungan sosial anak dengan orang dewasa dalam kehidupannya, dan oleh tingkatan perkembangan kognitifnya.
 4 aspek kognisi yang berhubungan dengan perkembangan sosial anak :
a.       Perpindahan dari sikap egosentris  melihat dunia hanya dari sudut pandangnya sendiri ke perkembangan kemampuan untuk memahami bagaimana pikiran/pendapat orang lain dan apa yang dirasakan oleh orang lain
b.      Pertumbuhan dalam kemampuan untuk memahami sebab dan akibat  untuk melihat hubungan antra sikap seseorang dan konsekwensi yang harus dipikul.
c.       Perubahan dari berpikir konkrit misalnya kamu adalah temanku jika kamu bermain dengan aku. ke pola piker abstrak kamu adalah temanku walau ketika aku tidak melihat kamu setiap hari, karena kita suka bermain bersama.
d.      Perkembangan kognisi yang kompleks, seperti kemapuan untuk memahami hubungan keluarga yang lebih luas ibu saya adalah seorang ibu, bibi, istri dan juga anak.
Sedangkan menurut Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
a.       Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
b.      Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.
c.       Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah.
d.      Industry Vs Inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
Ø  Perkembangan Emosional
Setiap tahap perkembangan emosional anak memiliki karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi bagaimana anak bereaksi pada pengalaman yang mereka hadapi. Pengetahuan akan tahap-tahap perkembangan ini dapat menolong kita untuk beinteraksi dengan anak-anak dengan cara yang terbaik yang dapat menunjang perkembangan emosional mereka yang sehat; dapat memperlengkapi kita untuk menciptakan suatu hubungan yang hangat dan konsisten dengan anak; dengan cara yang sama, mengetahui bahwa anak usia 6-12 tahun (primary age-children) mendefinisikan harga dirinya dengan apa yang mereka percaya dapat mereka ketahui dan lakukan, maka kita akan menyediakan aktifitas/kegiatan yang menunjang bagi anak usia ini sehingga mereka menagalami pencapaian penguasaan dan pemenuhan perkembangannya.
c.       Perkembangan Bahasa
            Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini adalah kemampuan berbahasa.pada teori vygotsky juga meyakini bahwa komunikasi atau dialog antara guru dengan anak sangatlah penting,dan benar-benar menjadi sarana untuk membantu anak berkembang,atau mengembangkan konsep baru dan memikirkan cara mereka untuk memahami konsep-konsep tingkat tinggi, Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir, yang termasuk pengembangan bahasa selain dari berbicara adalah kemampuan menyimak, membaca, dan menulis.
            Perkembangan bahasa anak usia dini memang masih jauh dari sempurana namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.

d.      Perkembangan moral
            Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik.
Walker & Pitts 1998 menuliskan bahwa Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang anak dalam berinteraksi dengan temannya.
Pada usia dini, anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh aspek motivasi kognitif dan aspek motivasi afektif. Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut.
Sedangkan menurut Piaget, seorang anak dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous. Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan hetero-nomous karena pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan yang terus-menerus.
Perkembangan moral dan etika pada diri anak usia dini dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan di lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya, serta mengembangkan keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman disekitarnya. Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nilai moral.
Faktor - faktor  yang mempengaruhi perkembangan moral anak(Hurlock, 1990)
1.      Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.
2.      Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.
3.      Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
           
e.       Perkembangan fisik/ motorik (motorik halus dan motorik kasar)
            Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Pengayaan keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak usia dini beraktivitas dengan menggunakan otot besar yang tergolong kepada kemampuan gerak dasar. Kemampuan gerak dasar ini terdiri dari 3 kategori yaitu kemampuan nonlokomotor, lokomotor, dan manipulatif. Gerak non lokomotor suatu gerakan yang tidak berpindah tempat, seperti menekuk, membungkuk memilin, mengayun, merendahkan tubuh dan sebagainya. Gerak lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tubuh seperti berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya. Di luar diriSedangkan gerak manipulatif kemampuan untuk memanipulasi benda-benda di luar dirinya. Kogan (1982) keterampilan ini perlu melibatkan koordinasi antara mata-tangan dan mata kaki seperti melempar, menangkap, menendang, menangkap, memukul. Manipulatif di kembangkan ketika anak menguasai macam-macam objek. Selanjutnya keterampilan motorik halus pada anak usia dini adalah beraktivitas dengan menggunakan otot halus seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, dan menyusun balok menyusun balok


B.     Metode Montessori
1.      Pemaparan teori Montessori

            Untuk mengembangkan aspek – aspek anak usia dini dengan memanfaatkanbarang bekas di perlukan suatu metode salah satunya yaitu dengan menggunakan metode Montessori.
Maria montessori (1970-1952) mengembangkan sebuah sistem untuk mendidik anak usia dini yang berpengaruh besar pada pendidikan anak usia dini. Metode Montessory di kenal sebagai progam berkualitas bagi anak, progam Montesorry lebih menekankan keteraturan, anak yang mandiri , pembelajaran terarah mandiri, lingkungan yang tenang, dan anak sebagai pusat proses pembelajaran untuk membantu mengubah sifat dan karakter pendidikan anak usia dini.
a.       Peran Guru Montessori
            Guru Montessori menunjukkan perilaku tertentu untuk menerapkan prinsip pendekatan yang berpusat pada anak ini. Berikut ini enam peran utama guru dalam progam Montessori:
1.       Menghormati anak dan pemelajarannya
2.      Membuat anak sebagai pusat pembelajaran
3.      Mendorong pembelajaran anak
4.      Mengamati anak
5.      Mempersiapkan lingkungan pembelajaran
6.      Memperkenalkan materi pembelajaran dan mendemonstrasikan pelajaran.
Montessori menyatakan , “penting bagi guru untuk memandu anak tanpa membuat anak terlalu merasakan kehadirannya, sehingga guru selalu siap memberikan bantuan yang di inginkan, tetapi tidak menjadi penghalang anatara anak dan pengalamannya. “Guru sebagai pemandu merupakan pilar praktik Montossori.
b.      Penerapan metode Montessori
Dalam lingkungan siap, materi dan aktifitas tertentu mendukung tiga area dasar keterlibatan anak: kehidupan praktis atau pendidikan motorik, materi sensorik untuk pelatihan indera, dan materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca, dan matematik serta aplikasi dan praktek.
Ø  Kehidupan praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktifitas motorik dasar sehari-hari. Penganut montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktivitas, mereka secara bertahap memperpanjang rentang konsentrasi. Pendidik Montessori juga meyakini bahwa konsentrasi dan keterlibatan malalui indera memudahkan terjadinya pembelajaran.
Ø  Materi Sensorik
Inti Progam Montessori adalah rangkaian khusus materi pembelajaran yang membantu anak belajar dan yang mendukung gagasan Montessori mengenai cara cara terbaik memfasilitasi pembelajaran anak. Materi sensorik Montessori populer , menarik, dan mendukung perkembangan kognitif anak. Salah satu tujuan materi sensorik adalah melatih indera anak agar berfokus pada beberapa kualitas tertentu yang terlihat. Materi sensorik membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara fisual. Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca awal umum. Kesiapan pembelajaran sangat di tekankan dalam progam anak usia dini.
Ø  Materi akademik untuk menulis, membaca, dan matematika
Latihan menggunakan materi ini di sajikan secara berurutan yang mendukung menulis sebagai basis pembelajaran membaca. Membaca muncul setelah menulis. Montessori mengatakan bahwa anak “masuk secara spontan” ke menulis dan membaca. Montessori yakin bahwa anak siap menulis pada usia empat tahun. Sudah lazim di kelas Montessori, anak berusia empat sampai lima tahun menulis dan membaca. Keberhasilan anak dengan keterampilan dan kemampuan akademik awal berfungsi sebagai magnet untuk menarik perhatian publik.
Ø  Fitur- fitur Tambahan
Fitur fitur lain dari sistem montessori adalah kelompok usia yang beragam dan meningkat sendiri. Sebuah kelas Montessori selalu berisi anak –anak yang berbeda usianya, biasanya dari dua setengah tahun hingga enam tahun. Manfaat dari kelompok anak dengan beragam usia adalah anak dapat belajar dari yang lain dan saling membantu, beragam materi tersedia untuk semua usia, dan anak-anak yang lebih besar menjadi contoh dan teman bekerja sama bagi anak-anak yang lebih kecil.






c.       Praktik metode Montessori
                                        
a.       Kurikulum terpadu
Montessori menyediakan kurikulum terpadu dimana anak terlibat secara aktif dalam menggunakan materi konkret sepanjang kurikulum –menulis, membaca, ilmu pengetahuan, matematika, geografi, dan seni.
b.      Prose belajar aktif
Di kelas montessori, anak terlibat secara aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Alat bantu menjadikan proses belajar aktif dan konkrit.
c.       Intruksi tersendiri
Kurikulum dan kegiaatan harus di buat tersendiri untuk masing- masing anak. Ini terjadi lewat interaksi anak dengan materi saat mereka melampui tingkat penguasaan materi mereka sendiri.
d.      Kemandirian
Lingkungan Montessori menekankan penghargaaan terhadap anak dan mendorong keberhasilan anak, yang keduanya mendorong anak menjadi mandiri.
e.       Penilaian yang tepat
Pengamatan adalah sarana utama untuk menilai kemajuan anak, prestasi, dan perilaku dalam kelas Montessori. Guru montessori yang terlatih dengan baik adalah pengamat ahli tentang anak dan cakap dalam menerjemahkan pengamatan mereka ke dalam cra- cara yang tepat untuk membimbing, mengrahkan, memudahkan, dan meneruskan proses belajara anak.
f.       Praktik yang sesuai dengan perkembangan
Yang di khususkan dalam praktik yang sesuai perkembangan di cakup dalam praktik montessori. Para praktisi montessori berkualitas sepertinya memahami, begitu juga maria Montessori, bahwa anak memiliki kemampuan lebih dari yang dipikirkan para praktisi pendidikan anak usia dini.

2.      Montessori dan praktik-praktik Kontemporer
Pendekatan Montessori telah berpengaruh besar terhadap pendekatan- pendekatan anak usia dini. Banyak praktik pengajaran yang digunakan dalam progam pendidikan anak usia dini kontemporer didasarkan pada materi dan praktik Montessori, salah satunya dengan menerapkan barang bekas sebagai salah satu contoh untuk meningkatkan kreatifitas anak.,      Progam Montessosori ini berhasil hampir 99,7% dalam sebuah penelitian anak-anak yang menyelesaikan pendidikan dasar montessori sampai usia lima tahun mendapat nilai yang lebih tinggi dari pada anak-anak lain.


C.    Pengertian Barang Bekas

            Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ‘barang’ diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan  ‘bekas’ adalah sisa habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisa dipakai.

Ø  Cara Mengembangkan dan Memunculkan kreativitas Guna Mengembangkan Barang Bekas menjadi Media.
Jika kita memperhatikan sekeliling kita, maka kita dapat menemukan begitu banyak yang dapat kita pakai sebagai sumber belajar yang bias dimanfaatkan. Sekarang tergantung apakah kita bias mengembangkan menjadi suatu media yang menarik, kreatif dan mempermudah proses belajar mengajar sehingga kita tidak akan kekurangan sumber belajar.
Guru yang kreatif akan menjadi begitu antusias melihat sumber belajar yang tidak terhingga contohnya barang bekas yang dapat dimanfaatkan sebagai kreatifitas anak.
Untuk mengembangkan atau memunculkan kreativitas guna mengembangkan barang bekas yang ada, berikut disajikan beberapa cara yang harus dilakukan.
                                                                                           
1.      Sebelum menentukan media sederhana yang akan dikembangkan dari barang bekas maka rencanakannlah terlebih dulu program pengembangan yang akan dilakukan berdasarkan garis-garis besar program pengajaran.
2.      Analisislah kematangan dan kemampuan peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.
c. Amatilah lingkungan sekolah dan rumah peserta untuk menemukan barang bekas yang bisa digunakan.
3.      Membeli atau meminjam media sederhana yang telah ada adalah jalan terakhir guru jika lingkungan sekitar kurang mampu memberikan solusi yang tepat.

Beberapa pedoman yang harus diperhatikan ketika akan mengembangkan media dari barang bekas dan peralatan sederhana.

1.      Gunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh disekitar lingkungan sekolah, tempat tinggal guru dan siswa, ataupun bahan-bahan yang bias diperoleh ditoko atau pasar terdekat
2.      Penggunaan media yang dibuat guru hendaknya bias meningkatkan perhatian dan pemahaman siswa melalui pendengarannya. Penggunaan media yang sesuai akan mengakibatkan siswa menjadi lebih berminat dan mendengarkan serta memperhatikan setiap hal yang dikatakan guru.
3.      Kembangkan bahan-bahan yang bias menciptakan siswa berpikir kritis, mengundang siswa selalu ingin bertanya, ingin tahu, dan ingin mencari kebenaran. Media yang tercipta diharapkan akan mendorong siswa untuk melakukan penilaian dan analisis terhadap kredibilitas dan keabsahan materi pelajaran yang diterimanya.
4.      Buatlah media yang mampu memberikan kebersamaanbagi siswa dengan kondisi yang menyenangkan dalam mengikuti pelajaran.
5.      Tugaskan mereka mencatat atau menuliskan setiap hal yang di dengar, amati selama guru memanfaatkan media sederhana ciptaannya. Hal ini dilakukan agar daya ingat siswa dapat digunakan lebih baik. Mendengar atau mengamati sambil mencatat adalah lebih baik ketimbang siswa hanya mendengar tanpa adanya aktivitas komunikasi tertulis.

Ø  Kendala-kendala
  Alangkah lebih baik jika media yang dikembangkan telah dilengkapi dengan buku teks, tugas-tugas dan lembaran kerja. Hal itu perlu dilengkapi dengan pertimbangan dan kemungkinan guru akan menghadapi berbagai kendala ketika menggunakan media yang terbuat dari bahan-bahan sederhana
Jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai (sisa), yang kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru.
            Pemanfaatan barang bekas dan peralatan sederhana sebagai media bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Sebelum media modern hadir, para guru telah menggunakan berbagai media dan alat peraga buatannya sendiri untuk menjelaskan materi pelajarannya. Para guru terdahulu mungkin lebih banyak memiliki kreativitas karena dipaksa oleh keadaan yang masih serba terbatas. Mereka harus bekerja keras agar siswanya bias belajar dan menyerap materi pelajaran semaksimal mungkin. Dengan datangnya media berteknologi modern menyebabkan berbagai masalah yang selama ini tidak dapat dipecahkan telah mampu dipecahkan dan memungkinkan mata ajaran apapun diajarkan dan dijelaskan dengan sebaik-baiknya. Namun, banyak guru di kota-kota besar yang telah terlena dengan kemajuan teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan. Media modern telah memudahkan mereka memecahkan berbagai masalah didalam proses belajar mengajar. Ketika dalam keadaan tertentu mereka harus jauh dari media tersebut mereka menjadi bingung karena ketergantungan pada media tersebut. Mereka telah melupakan media yang bias dikembangkan dari bahan-bahan sederhana disekitar mereka. Akibatnya mereka menjadi kurang peka terhadap potensi disekitar lingkungan mereka. Sehingga menyebabkan guru tidak mempunyai banyak ide tentang media apa yang harus dibuat untuk memudahkan siswa belajar, guru juga tidak mengerti bahan apa yang harus digunakan untuk membuat media yang diinginkan sehingga guru tidak mempunyai cukup keterampilan untuk membuat suatu media. Sebenarnya, kreativitas seorang guru bias terlihat ketika ia mencoba memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang bias dijadikan suatu media didalam mata pelajarannya.

            Kompetensi yang harus dimiliki guru terkait dengan keterlibatannya dalam memanfaatkan media sederhana dari barang bekas dan peralatan sederhana, yaitu:
1.      Kemampuan menyeleksi media dari bahan-bahan sederhana yang telah tersedia secara tepat dan relevan dengan program pelajaran.
2.      Kemampuan untuk menyususun sendiri dan menggunakannya secara baik dan benar.

Lima hal yang terkait dengan pemilihan media yang dibuat dari barang bekas dan peralatan sederhana adalah;
1.      Memiliki keterkaitan yang jelas antara tujuan dengan proses pembelajaran.
2.      Materi yang tersaji dalam media tersebut menyenangkan, memiliki daya tarik dan minat untuk dipelajari, dicoba dan dipraktekkan.
3.       Keterkaitan dengan kepentingan dan proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
4.      Bahasa yang digunakan didalam media dan komunikasi lisan mudah dipahami,sederhana jelas, tegas dan terarah.
5.      Terjangkau oleh intelektual siswa.

Barang Bekas dan Peralatan Sederhana yang Bisa Dijadikan Media Pembelajaran. Berbagai macam sumber sampah dapat kita temukan diberbagai tempat di lingkungan kita.
 Di rumah, di pasar, di sekolah di perkantoran adalah tempat-tempat yang sering  kita jumpai . Arti sampah adalah sesuatu benda yang tidak berguna lagi. Sampah dapat menimbulkan masalah yang bias menggangu kesehatan, kebersihan dan keindahan lingkungan baik yang organik maupun non organik.




D.    Pengaplikasian barang bekas dengan metode Montessori

            Pendidik Montessori hanya sebagai pemandu dan menyediakan bahan-bahan yang di perlukan oleh anak usia dini / metode pembelajaran yang berpusat pada anak. Sehingga anak dapat membangun kecerdasannya, imajinasi, kreatifitasnya sendiri.
Sebelum mengaplikasikan metode Montessori dengan memanfaatkan barang bekas pendidik harus menyediakan tempat seperti kriteria montessori, bahan-bahan bekas.
a.       Tempat
In door / diruang kelas yang terdiri dari dari berbeda-beda usia, biasanya mulai dua setengah tahun hingga enam tahun.
Out door / di luar kelas yang terdiri dari dari berbeda-beda usia, biasanya mulai dua setengah tahun hingga enam tahun.
b.      Bahan
1.      Gunting
2.      Lem
c.       Barang-barang bekas
1.      Sisa bungkus makanan ringan
2.      Botol Aqua
3.      Sedotan
4.      Koran
5.      Majalah bekas
6.      Balok kayu mini(5-10 cm)
7.      Jagung,kedelai
8.      Kapas
9.      Air
Pengaplikasian
1.      Bentuk kelompok terdiri 5-10 anak yang berbagai macam usia
2.      Siapkan bahan dan letakkan bahan pada setiap kelompok
3.      Guru memberikan gambaran / memancing imajinasi anak
4.      Anak mulai mengembangkan imajinasi, inofasi dengan barang- barang bekas.
 Setelah anak bebas berkreasi dengan memanfaatkan barang bekas, kemudian guru memberi perintah kepada anak untuk menjelaskan hasil karyanya di depan kelas. Setelah selesai di jelaskan oleh anak, guru mempraktekkan dan di tiru oleh semua anak.
Contoh: seseorang anak yang membuat bunga dari botol aqua bekas maka guru memberi contoh bagaimana bunga tersebut tumbuh mulai kecil-besar-berbunga dan seterusnya. Sehinggan semua organ tubuhnya bergerak.
Dengan seperti itu perkembangan aspek-aspek anak usia dini berkembang dengan baik mulai dari kognitif, sosial emosional, bahasa, moral dan motorik(motorik kasar dan halus).
                                                








BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Salah satu cara pendidik untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan anak usia dini (kognitif, sosial dan emosional, bahasa,moral, dan motorik) yaitu dengan melalui metode dan pendekatan sesuai dengan pembelajaran. Salah satunya dengan metode Montessori karena metode ini kenal sebagai progam berkualitas bagi anak, progam Montesorry lebih menekankan keteraturan, anak yang mandiri , pembelajaran terarah mandiri, lingkungan yang tenang, dan anak sebagai pusat proses pembelajaran sehingga perkembangan anak dapat secara optimal. Peran seorang guru / pendidik dalam metode ini sangat di perlukan.

B.     Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini semua instansi sekolah Pendidikan Anak Usia Dini dapat menerapkan metode Montessori dan memanfaatkan barang bekas untuk media pengembangan aspek-aspek anak usia dini. Dalam mengaplikasikan memanfaatkan barang bekas menjadi suatu media untuk mengembangkan aspek-aspek anak usia dini diperlukan guru yang yang kreatif, inofatif dan kritis.



DAFTAR PUSTAKA

Morrison Jeorge S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Sujiono Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Indeks
http///:belajarpsikologi.com/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini.09.00/06-04-2014.
Dahar ,RatnaWilis.2011.Teori-Teori Belajar&Pembelajaran.Jakarta:Erlangga
Dahar.2011.Teori Perkembangan Kognitif  Jean Piaget dan Implementasi dalam      Pendidikan.Online tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html.diakses pada tanggal 13 Maret 2013
Nasution ,Zulfikar. 2011.Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Online tersedia http://zulfikarnasution.wordpress.com /2011/09/17/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget/.Diakses pada tanggal 13 Maret 2013


Tidak ada komentar: