Memanfaatkan
Barang Bekas Untuk Mengembangkan Aspek-Aspek Anak Usia Dini Dengan Metode
Montessori
Diajukan
untuk Mengikuti Lomba Inovasi Pembelajaran
Oleh:
Siti
Aminatur Rosidah
TK
PERTIWI
KECAMATAN
GUMUKMAS
DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBER
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..............................................................................................I
KATA
PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR
ISI........................................................................................................III
BAB
I : PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................2
Tujuan..........................................................................................................2
Manfaat........................................................................................................2
BAB
II Aspek – Aspek Perkembangan Anak Usia Dini.....................................3
Perkembangan
Kognitif...............................................................................3
Perkembangan
Fisik/ Motorik......................................................................8
Metode
Mentosori .....................................................................................10
Montessori
Dan Praktik-Praktik Kontemporer..........................................12
Pengertian
Barang Bekas...........................................................................13
Pengaplikasian
Barang Bekas Dengan Metode Montessorik.....................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
Kesimpulan................................................................................................18
Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................19
KATA
PENGANTAR
Pada
dasarnya pendidikan anak usia dini sangatlah berpengaruh besar terhadap tumbuh
kembangnya, Salah satu cara pendidik untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan anak usia dini
yaitu dengan melalui metode dan pendekatan sesuai dengan pembelajaran.
Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran yang lebih bermakna. Salah
satunya yaitu metode menggunakan barang bekas dalam proses belajar mengajar.
Sehingga menibulkan perubahan-perubahan penting
yang terjadi pada pendidikan Anak usia dini masa kini,dan bagaimana menunjukkan
perubahan tersebut dapat diterapkan dalam keseharian,sehingga anak dapat
gagasan dan pengetahuan baru serta tanggung jawab tidak lupa peran pendidik dan orang tua
sangatlah penting dalam perubahan tersebut.
untuk
mencapai
tujuan pendidikan dengan baik guru dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran,sehingga
selain tercapainya tujuan,siswa dapat menerima,mencerna,paham dan mengerti
pelajaran yang di ajarkan.Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing,namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru,adalah
ketepatan dalam memilih,menentukan mana diantara metode-metode itu yang lebih
tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran,serta kemampuan
mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan
serasi.
Jember,......................2014
Penyusun
Siti Aminaturrosidah
BAB
1
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan terdiri
dari aspek-aspek anak usia dini yaitu kognitif, moral, sosial dan emosional,
bahasa, dan motorik (motorik halus dan
motorik kasar).
Salah satu cara pendidik untuk mengembangkan
aspek-aspek pendidikan anak usia dini yaitu dengan melalui metode dan pendekatan sesuai
dengan pembelajaran. Pemilihan suatu pendekatan dan
metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang
akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode
akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Salah satunya yaitu metode menggunakan barang
bekas dalam proses belajar mengajar.
Memang
untuk mencapai
tujuan pendidikan dengan baik guru dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran,sehingga
selain tercapainya tujuan,siswa dapat menerima,mencerna,paham dan mengerti
pelajaran yang di ajarkan.Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing,namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru,adalah
ketepatan dalam memilih,menentukan mana diantara metode-metode itu yang lebih
tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran,serta kemampuan
mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan
serasi.
Dengan
kata lain untuk menyajikan pengajaran yang lebih menarik perhatian/minat bagi
anak didik,antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya amatlah diperlukan
dengan metode yang berbeda,bahkan diantara bahan-bahan materi tertentupun
memerlukan metode yang berlainan,meskipun masih di dalam satu bidang studi
tertentu.Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan
siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam
pembelajaran. Dalam kegiatan belajar ini akan dikemukakan tantang konsep,
karakteristik, prosedur, keterbatasan, dan keunggulan metode mengajar simulasi
yang mungkin banyak digunakan oleh guru.Penggunaan metode mengajar yang
didasarkan pada pembentukan kemampuan siswa, seperti memiliki kreativitas.
B.Rumusan
masalah
1. Apakah
aspek pendidikan anak usia dini ?
2. Apa
yang di maksud metode Montessori?
3. Apa
pengertian barang bekas ?
4. Bagaimana
caranya memanfaatkan barang bekas untuk mengembangkan aspek- aspek anak usia
dengan metode Montessori?
C.Tujuan
1. Untuk
mengetahui aspek pendidikan anak usia
dini
2. Untuk
mengetahui metode Montessori
3. Untuk
mengetahui apa yang di maksud dari barang bekas
4. Untuk
mengetahui bagaimana caranya memanfaatkan barang bekas untuk mengembangkan
aspek- aspek anak usia dengan metode Montessori
D.Manfaat
1. Membantu
pengembangan aspek- aspek anak usia dini secara optimal
2. Anak
akan selalu berpikir kritis, kreatif, inofatif dll
3. Mengurangi
sampah
4. Mengurangi
anggaran untuk alat permainan
BAB
2
PEMBAHASAN
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak usia dini berada pada rentang 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan
dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam
rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Oleh sebab itu di perlukan
suatu instansi pendidikan anak usia dini yang berfungsi sebagai salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual)
sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang di lalui anak usia
dini/ upaya untuk mengambangkan aspek-aspek anak usia dini.
A.
Aspek – aspek perkembangan anak usia dini
Catron
dan allen (1999:23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak
usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi,
komunikasi, kognitif, dan keterampilan motorik sangat penting dan harus di
pertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Kreatifitas tidak dipandang tidak di
pandang sebagai perkembangan tambahan sebagai komponen yang integral dari
lingkungan bermain kreatif.
Seiring
dengan perkembangan jaman para ahli anak usia dini menyatakan aspek – aspek
anak usia dini yang wajib dikembangkan adalah kognitif, sosial dan emosional,
bahasa,moral, dan motorik (motorik halus
dan motorik kasar), mereka beranggapan untuk mengembangkan aspek- aspek di
perlukan seorang pembimbing, pendidik dan lingkungan yang mendukung agar aspek-
aspek tersebut dapat berkembang secara seimbang.
Aspek-aspek
pada anak usia dini
a) Perkembangan
kognitif
Piaget dalam Catron dan Allen (1999:7-8) menyatakan bahwa
perkembangan kognitif terjadi ketika anak sudah membangun pengetahuan melalui
eksplorasi aktif dan penyelidikan pada lingkungan fisik dan sosial di
lingkungan sekitar. Sedangkan Vygotsky memandang bahwa kognitif itu merupakan
suatu fenomena sosial atau sesuatu yang di bangun secara sosial. Pengalaman
sosial membentuk cara berpikir dan cara berpikir dan cara mengintrepretasikan
lingkungan. Jadi berpikir tidak hanya di batasi oleh otak individu semata tetapi
juga di pengaruhi oleh pemikiran-pemikiran orang lain (Solehuddin: 2004: 1)
Dari penjelasan Piaget
dan Vygotsky Kognitif dapat di artikan sebagai salah satu
ranah dalam taksonomi pendidikan dan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal).
antara lain
pengetahuan (knowledge),pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Teori ini lebih menekankan pada bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh anak . Oleh
sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya saja Seorang guru diharuskan memiliki
kompetensi bidang kognitif yang Artinya
seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi
pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa
dan sebagainya.
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai
dengan teori Piaget adalah:
1.
Tahap sensorimotor, usia 0 – 2
tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas
awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja.
2.
Tahap pra-operasional, usia 2 – 7
tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai
berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum
dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas.
3.
Tahap konkret operasional, 7 – 11
tahun.
Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi.
4.
Tahap formal operasional, usia 11 –
15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu
berfikir abstrak.
b) Perkembangan
Sosial Emosional
Ø Perkembangan sosial
Perkembangan sosial meliputi Kompetensi Sosial yaitu kemampuan
untuk bermanfaat bagi lingkungan sosialnya,Kemampuan Sosial yaitu perilaku yang digunakan dalam situasi sosial,
Pengamatan Sosial yaitu
memahami pikiran-pikiran,niat,dan perilaku diri sendiri maupun orang lain, Perilaku Prososial merupakan sikap
berbagi, menolong, bekerjasama, empati, menghibur, reassure to make somebody feel less anxious or worried
yang berarti bertahan dan menguatkan orang lain untuk memutuskan mana yang
benar atau salah, kemampuan untuk memperhatikan keutuhan dan kesejahteraan
orang lain.
Dari penjabaran di atas dapat diartikan bahwa perkembangan
sosial merupakan perubahan peningkatan pengetahuan yang berbentuk spiral
tentang dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini dipengaruhi baik oleh
pengalaman maupun hubungan sosial anak dengan orang dewasa dalam kehidupannya,
dan oleh tingkatan perkembangan kognitifnya.
4 aspek kognisi
yang berhubungan dengan perkembangan sosial anak :
a. Perpindahan
dari sikap egosentris melihat dunia
hanya dari sudut pandangnya sendiri ke perkembangan kemampuan untuk memahami
bagaimana pikiran/pendapat orang lain dan apa yang dirasakan oleh orang lain
b. Pertumbuhan
dalam kemampuan untuk memahami sebab dan akibat untuk melihat hubungan antra sikap seseorang
dan konsekwensi yang harus dipikul.
c. Perubahan
dari berpikir konkrit misalnya kamu adalah temanku jika kamu bermain dengan
aku. ke pola piker abstrak kamu adalah temanku walau ketika aku tidak melihat
kamu setiap hari, karena kita suka bermain bersama.
d. Perkembangan
kognisi yang kompleks, seperti kemapuan untuk memahami hubungan keluarga yang
lebih luas ibu saya adalah seorang ibu, bibi, istri dan juga anak.
Sedangkan menurut Erik Erikson
(1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi
perkembangan sosial anak:
a.
Basic Trust vs Mistrust (percaya
vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak
mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya
pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
b.
Autonomy vs Shame &
Doubt (mandiri
vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau
melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan
atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan
ragu-ragu.
c.
Initiative vs Guilt (berinisiatif
vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang
tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan
lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk
berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah.
d.
Industry Vs Inferiority (percaya
diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan
diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila
anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa
berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
Ø Perkembangan
Emosional
Setiap tahap perkembangan emosional anak memiliki karakteristik yang
berbeda yang mempengaruhi bagaimana anak bereaksi pada pengalaman yang mereka
hadapi. Pengetahuan akan tahap-tahap perkembangan ini dapat menolong kita untuk
beinteraksi dengan anak-anak dengan cara yang terbaik yang dapat menunjang
perkembangan emosional mereka yang sehat; dapat memperlengkapi kita untuk menciptakan
suatu hubungan yang hangat dan konsisten dengan anak; dengan cara yang sama,
mengetahui bahwa anak usia 6-12 tahun (primary age-children) mendefinisikan
harga dirinya dengan apa yang mereka percaya dapat mereka ketahui dan lakukan,
maka kita akan menyediakan aktifitas/kegiatan yang menunjang bagi anak usia ini
sehingga mereka menagalami pencapaian penguasaan dan pemenuhan perkembangannya.
c.
Perkembangan Bahasa
Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat
usia dini adalah kemampuan berbahasa.pada teori vygotsky juga meyakini bahwa
komunikasi atau dialog antara guru dengan anak sangatlah penting,dan
benar-benar menjadi sarana untuk membantu anak berkembang,atau mengembangkan
konsep baru dan memikirkan cara mereka untuk memahami konsep-konsep tingkat
tinggi, Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak.
Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir, yang
termasuk pengembangan bahasa selain dari berbicara adalah kemampuan menyimak,
membaca, dan menulis.
Perkembangan
bahasa anak usia dini memang masih jauh dari sempurana namun demikian
potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2
tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti
dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2
tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam
yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan
menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis,
anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca
anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui
membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak
tentang bunyi bahasa.
d. Perkembangan moral
Perkembangan moral adalah perubahan
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas
seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal
yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik.
Walker & Pitts 1998 menuliskan bahwa
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh seseorang anak dalam berinteraksi dengan
temannya.
Pada usia dini, anak telah memiliki pola
moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya.
Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati,
yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari
oleh aspek motivasi kognitif dan aspek motivasi afektif. Menurut John Dewey
tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral,
conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada
fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua
karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut.
Sedangkan menurut Piaget, seorang anak
dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous.
Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan hetero-nomous karena
pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah
terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta
pembiasaan yang terus-menerus.
Perkembangan moral dan etika pada diri
anak usia dini dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam
kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan di
lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta
mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya, serta
mengembangkan keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama
untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan
perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman disekitarnya. Ruang lingkup
tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan
manusia dalam menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri,
mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang
mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan,
menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nilai moral.
Faktor - faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral anak(Hurlock, 1990)
1.
Peran hati nurani atau kemampuan untuk
mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang
memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.
2.
Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila
bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.
3.
Peran interaksi sosial dalam memberik
kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang
disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
e. Perkembangan
fisik/ motorik (motorik halus dan motorik kasar)
Perkembangan motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan
motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik
halus. Pengayaan keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak usia dini
beraktivitas dengan menggunakan otot besar yang tergolong kepada kemampuan
gerak dasar. Kemampuan gerak dasar ini terdiri dari 3 kategori yaitu kemampuan
nonlokomotor, lokomotor, dan manipulatif. Gerak non lokomotor suatu gerakan
yang tidak berpindah tempat, seperti menekuk, membungkuk memilin, mengayun, merendahkan
tubuh dan sebagainya. Gerak lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan
terjadinya perpindahan tubuh seperti berjalan, berlari, melompat, dan
sebagainya. Di luar diriSedangkan gerak manipulatif kemampuan untuk
memanipulasi benda-benda di luar dirinya. Kogan (1982) keterampilan ini perlu
melibatkan koordinasi antara mata-tangan dan mata kaki seperti melempar,
menangkap, menendang, menangkap, memukul. Manipulatif di kembangkan ketika anak
menguasai macam-macam objek. Selanjutnya keterampilan motorik halus pada anak
usia dini adalah beraktivitas dengan menggunakan otot halus seperti menulis,
meremas, menggenggam, menggambar, dan menyusun balok menyusun balok
B.
Metode
Montessori
1.
Pemaparan teori Montessori
Untuk mengembangkan aspek – aspek anak usia dini dengan
memanfaatkanbarang bekas di perlukan suatu metode salah satunya yaitu dengan
menggunakan metode Montessori.
Maria
montessori (1970-1952) mengembangkan sebuah sistem untuk mendidik anak usia
dini yang berpengaruh besar pada pendidikan anak usia dini. Metode Montessory
di kenal sebagai progam berkualitas bagi anak, progam Montesorry lebih
menekankan keteraturan, anak yang mandiri , pembelajaran terarah mandiri,
lingkungan yang tenang, dan anak sebagai pusat proses pembelajaran untuk
membantu mengubah sifat dan karakter pendidikan anak usia dini.
a.
Peran Guru Montessori
Guru Montessori menunjukkan perilaku tertentu untuk
menerapkan prinsip pendekatan yang berpusat pada anak ini. Berikut ini enam
peran utama guru dalam progam Montessori:
1.
Menghormati anak dan pemelajarannya
2.
Membuat anak sebagai
pusat pembelajaran
3.
Mendorong pembelajaran
anak
4.
Mengamati anak
5.
Mempersiapkan
lingkungan pembelajaran
6.
Memperkenalkan materi
pembelajaran dan mendemonstrasikan pelajaran.
Montessori
menyatakan , “penting bagi guru untuk memandu anak tanpa membuat anak terlalu
merasakan kehadirannya, sehingga guru selalu siap memberikan bantuan yang di
inginkan, tetapi tidak menjadi penghalang anatara anak dan pengalamannya. “Guru
sebagai pemandu merupakan pilar praktik Montossori.
b.
Penerapan metode
Montessori
Dalam lingkungan siap, materi dan
aktifitas tertentu mendukung tiga area dasar keterlibatan anak: kehidupan
praktis atau pendidikan motorik, materi sensorik untuk pelatihan indera, dan
materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca, dan matematik serta aplikasi
dan praktek.
Ø Kehidupan praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktifitas motorik dasar
sehari-hari. Penganut montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam
aktivitas, mereka secara bertahap memperpanjang rentang konsentrasi. Pendidik Montessori
juga meyakini bahwa konsentrasi dan keterlibatan malalui indera memudahkan
terjadinya pembelajaran.
Ø Materi Sensorik
Inti Progam Montessori adalah rangkaian khusus materi
pembelajaran yang membantu anak belajar dan yang mendukung gagasan Montessori
mengenai cara cara terbaik memfasilitasi pembelajaran anak. Materi sensorik
Montessori populer , menarik, dan mendukung perkembangan kognitif anak. Salah
satu tujuan materi sensorik adalah melatih indera anak agar berfokus pada
beberapa kualitas tertentu yang terlihat. Materi sensorik membantu mempertajam
kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara fisual. Keterampilan ini
berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca awal umum. Kesiapan pembelajaran
sangat di tekankan dalam progam anak usia dini.
Ø Materi akademik untuk menulis, membaca, dan matematika
Latihan menggunakan materi ini di sajikan secara berurutan
yang mendukung menulis sebagai basis pembelajaran membaca. Membaca muncul
setelah menulis. Montessori mengatakan bahwa anak “masuk secara spontan” ke
menulis dan membaca. Montessori yakin bahwa anak siap menulis pada usia empat
tahun. Sudah lazim di kelas Montessori, anak berusia empat sampai lima tahun
menulis dan membaca. Keberhasilan anak dengan keterampilan dan kemampuan
akademik awal berfungsi sebagai magnet untuk menarik perhatian publik.
Ø Fitur- fitur Tambahan
Fitur fitur lain dari sistem montessori adalah kelompok usia
yang beragam dan meningkat sendiri. Sebuah kelas Montessori selalu berisi anak
–anak yang berbeda usianya, biasanya dari dua setengah tahun hingga enam tahun.
Manfaat dari kelompok anak dengan beragam usia adalah anak dapat belajar dari
yang lain dan saling membantu, beragam materi tersedia untuk semua usia, dan
anak-anak yang lebih besar menjadi contoh dan teman bekerja sama bagi anak-anak
yang lebih kecil.
c.
Praktik metode
Montessori
a.
Kurikulum terpadu
Montessori menyediakan kurikulum terpadu dimana anak terlibat
secara aktif dalam menggunakan materi konkret sepanjang kurikulum –menulis,
membaca, ilmu pengetahuan, matematika, geografi, dan seni.
b.
Prose belajar aktif
Di kelas montessori, anak terlibat secara aktif dalam proses
belajar mereka sendiri. Alat bantu menjadikan proses belajar aktif dan konkrit.
c.
Intruksi tersendiri
Kurikulum dan kegiaatan harus di buat tersendiri untuk
masing- masing anak. Ini terjadi lewat interaksi anak dengan materi saat mereka
melampui tingkat penguasaan materi mereka sendiri.
d.
Kemandirian
Lingkungan Montessori menekankan penghargaaan terhadap anak
dan mendorong keberhasilan anak, yang keduanya mendorong anak menjadi mandiri.
e.
Penilaian yang tepat
Pengamatan adalah sarana utama untuk menilai kemajuan anak,
prestasi, dan perilaku dalam kelas Montessori. Guru montessori yang terlatih
dengan baik adalah pengamat ahli tentang anak dan cakap dalam menerjemahkan
pengamatan mereka ke dalam cra- cara yang tepat untuk membimbing, mengrahkan,
memudahkan, dan meneruskan proses belajara anak.
f.
Praktik yang sesuai
dengan perkembangan
Yang di khususkan dalam praktik yang sesuai perkembangan di
cakup dalam praktik montessori. Para praktisi montessori berkualitas sepertinya
memahami, begitu juga maria Montessori, bahwa anak memiliki kemampuan lebih
dari yang dipikirkan para praktisi pendidikan anak usia dini.
2. Montessori dan
praktik-praktik Kontemporer
Pendekatan
Montessori telah berpengaruh besar terhadap pendekatan- pendekatan anak usia
dini. Banyak praktik pengajaran yang digunakan dalam progam pendidikan anak
usia dini kontemporer didasarkan pada materi dan praktik Montessori, salah
satunya dengan menerapkan barang bekas sebagai salah satu contoh untuk
meningkatkan kreatifitas anak., Progam Montessosori ini berhasil hampir
99,7% dalam sebuah penelitian anak-anak yang menyelesaikan pendidikan dasar
montessori sampai usia lima tahun mendapat nilai yang lebih tinggi dari pada
anak-anak lain.
C.
Pengertian Barang Bekas
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
‘barang’ diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan ‘bekas’ adalah sisa habis dilalui, sesuatu
yang menjadi sisa dipakai.
Ø Cara
Mengembangkan dan Memunculkan kreativitas Guna Mengembangkan Barang Bekas
menjadi Media.
Jika kita memperhatikan sekeliling kita,
maka kita dapat menemukan begitu banyak yang dapat kita pakai sebagai sumber
belajar yang bias dimanfaatkan. Sekarang tergantung apakah kita bias
mengembangkan menjadi suatu media yang menarik, kreatif dan mempermudah proses
belajar mengajar sehingga kita tidak akan kekurangan sumber belajar.
Guru yang kreatif akan menjadi begitu
antusias melihat sumber belajar yang tidak terhingga contohnya barang bekas
yang dapat dimanfaatkan sebagai kreatifitas anak.
Untuk mengembangkan atau memunculkan
kreativitas guna mengembangkan barang bekas yang ada, berikut disajikan
beberapa cara yang harus dilakukan.
1.
Sebelum menentukan media sederhana yang
akan dikembangkan dari barang bekas maka rencanakannlah terlebih dulu program
pengembangan yang akan dilakukan berdasarkan garis-garis besar program
pengajaran.
2.
Analisislah kematangan dan kemampuan
peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.
c. Amatilah lingkungan sekolah dan rumah peserta untuk menemukan barang bekas yang bisa digunakan.
c. Amatilah lingkungan sekolah dan rumah peserta untuk menemukan barang bekas yang bisa digunakan.
3.
Membeli atau meminjam media sederhana
yang telah ada adalah jalan terakhir guru jika lingkungan sekitar kurang mampu
memberikan solusi yang tepat.
Beberapa pedoman yang harus diperhatikan
ketika akan mengembangkan media dari barang bekas dan peralatan sederhana.
1.
Gunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh
disekitar lingkungan sekolah, tempat tinggal guru dan siswa, ataupun
bahan-bahan yang bias diperoleh ditoko atau pasar terdekat
2.
Penggunaan media yang dibuat guru
hendaknya bias meningkatkan perhatian dan pemahaman siswa melalui
pendengarannya. Penggunaan media yang sesuai akan mengakibatkan siswa menjadi
lebih berminat dan mendengarkan serta memperhatikan setiap hal yang dikatakan
guru.
3.
Kembangkan bahan-bahan yang bias
menciptakan siswa berpikir kritis, mengundang siswa selalu ingin bertanya,
ingin tahu, dan ingin mencari kebenaran. Media yang tercipta diharapkan akan
mendorong siswa untuk melakukan penilaian dan analisis terhadap kredibilitas
dan keabsahan materi pelajaran yang diterimanya.
4.
Buatlah media yang mampu memberikan
kebersamaanbagi siswa dengan kondisi yang menyenangkan dalam mengikuti
pelajaran.
5.
Tugaskan mereka mencatat atau menuliskan
setiap hal yang di dengar, amati selama guru memanfaatkan media sederhana
ciptaannya. Hal ini dilakukan agar daya ingat siswa dapat digunakan lebih baik.
Mendengar atau mengamati sambil mencatat adalah lebih baik ketimbang siswa
hanya mendengar tanpa adanya aktivitas komunikasi tertulis.
Ø Kendala-kendala
Alangkah
lebih baik jika media yang dikembangkan telah dilengkapi dengan buku teks,
tugas-tugas dan lembaran kerja. Hal itu perlu dilengkapi dengan pertimbangan dan
kemungkinan guru akan menghadapi berbagai kendala ketika menggunakan media yang
terbuat dari bahan-bahan sederhana
Jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai (sisa), yang kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru.
Jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai (sisa), yang kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru.
Pemanfaatan barang bekas dan peralatan
sederhana sebagai media bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Sebelum
media modern hadir, para guru telah menggunakan berbagai media dan alat peraga
buatannya sendiri untuk menjelaskan materi pelajarannya. Para guru terdahulu
mungkin lebih banyak memiliki kreativitas karena dipaksa oleh keadaan yang
masih serba terbatas. Mereka harus bekerja keras agar siswanya bias belajar dan
menyerap materi pelajaran semaksimal mungkin. Dengan datangnya media
berteknologi modern menyebabkan berbagai masalah yang selama ini tidak dapat
dipecahkan telah mampu dipecahkan dan memungkinkan mata ajaran apapun diajarkan
dan dijelaskan dengan sebaik-baiknya. Namun, banyak guru di kota-kota besar
yang telah terlena dengan kemajuan teknologi yang digunakan dalam dunia
pendidikan. Media modern telah memudahkan mereka memecahkan berbagai masalah
didalam proses belajar mengajar. Ketika dalam keadaan tertentu mereka harus
jauh dari media tersebut mereka menjadi bingung karena ketergantungan pada
media tersebut. Mereka telah melupakan media yang bias dikembangkan dari
bahan-bahan sederhana disekitar mereka. Akibatnya mereka menjadi kurang peka
terhadap potensi disekitar lingkungan mereka. Sehingga menyebabkan guru tidak
mempunyai banyak ide tentang media apa yang harus dibuat untuk memudahkan siswa
belajar, guru juga tidak mengerti bahan apa yang harus digunakan untuk membuat
media yang diinginkan sehingga guru tidak mempunyai cukup keterampilan untuk
membuat suatu media. Sebenarnya, kreativitas seorang guru bias terlihat ketika
ia mencoba memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang bias dijadikan suatu media
didalam mata pelajarannya.
Kompetensi
yang harus dimiliki guru terkait dengan keterlibatannya dalam memanfaatkan
media sederhana dari barang bekas dan peralatan sederhana, yaitu:
1.
Kemampuan menyeleksi media dari
bahan-bahan sederhana yang telah tersedia secara tepat dan relevan dengan
program pelajaran.
2.
Kemampuan untuk menyususun sendiri dan
menggunakannya secara baik dan benar.
Lima hal yang terkait dengan pemilihan
media yang dibuat dari barang bekas dan peralatan sederhana adalah;
1. Memiliki
keterkaitan yang jelas antara tujuan dengan proses pembelajaran.
2. Materi
yang tersaji dalam media tersebut menyenangkan, memiliki daya tarik dan minat
untuk dipelajari, dicoba dan dipraktekkan.
3. Keterkaitan dengan kepentingan dan proses
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
4. Bahasa
yang digunakan didalam media dan komunikasi lisan mudah dipahami,sederhana
jelas, tegas dan terarah.
5. Terjangkau
oleh intelektual siswa.
Barang Bekas dan
Peralatan Sederhana yang Bisa Dijadikan Media Pembelajaran. Berbagai macam
sumber sampah dapat kita temukan diberbagai tempat di lingkungan kita.
Di rumah, di pasar, di sekolah di perkantoran
adalah tempat-tempat yang sering kita jumpai
. Arti sampah adalah sesuatu benda yang tidak berguna lagi. Sampah dapat
menimbulkan masalah yang bias menggangu kesehatan, kebersihan dan keindahan
lingkungan baik yang organik maupun non organik.
D.
Pengaplikasian barang bekas dengan metode Montessori
Pendidik Montessori hanya sebagai pemandu dan menyediakan
bahan-bahan yang di perlukan oleh anak usia dini / metode pembelajaran yang
berpusat pada anak. Sehingga anak dapat membangun kecerdasannya, imajinasi,
kreatifitasnya sendiri.
Sebelum
mengaplikasikan metode Montessori dengan memanfaatkan barang bekas pendidik
harus menyediakan tempat seperti kriteria montessori, bahan-bahan bekas.
a.
Tempat
In door / diruang kelas yang terdiri dari dari berbeda-beda
usia, biasanya mulai dua setengah tahun hingga enam tahun.
Out door / di luar kelas yang terdiri dari dari berbeda-beda
usia, biasanya mulai dua setengah tahun hingga enam tahun.
b.
Bahan
1.
Gunting
2.
Lem
c.
Barang-barang bekas
1.
Sisa bungkus makanan
ringan
2.
Botol Aqua
3.
Sedotan
4.
Koran
5.
Majalah bekas
6.
Balok kayu mini(5-10
cm)
7.
Jagung,kedelai
8.
Kapas
9.
Air
Pengaplikasian
1.
Bentuk kelompok terdiri
5-10 anak yang berbagai macam usia
2.
Siapkan bahan dan
letakkan bahan pada setiap kelompok
3.
Guru memberikan
gambaran / memancing imajinasi anak
4.
Anak mulai
mengembangkan imajinasi, inofasi dengan barang- barang bekas.
Setelah anak bebas berkreasi dengan
memanfaatkan barang bekas, kemudian guru memberi perintah kepada anak untuk
menjelaskan hasil karyanya di depan kelas. Setelah selesai di jelaskan oleh
anak, guru mempraktekkan dan di tiru oleh semua anak.
Contoh: seseorang anak
yang membuat bunga dari botol aqua bekas maka guru memberi contoh bagaimana
bunga tersebut tumbuh mulai kecil-besar-berbunga dan seterusnya. Sehinggan
semua organ tubuhnya bergerak.
Dengan
seperti itu perkembangan aspek-aspek anak usia dini berkembang dengan baik
mulai dari kognitif, sosial emosional, bahasa, moral dan motorik(motorik kasar
dan halus).
BAB
3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah
satu cara pendidik untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan anak usia dini (kognitif,
sosial dan emosional, bahasa,moral, dan motorik) yaitu dengan melalui metode
dan pendekatan sesuai dengan pembelajaran. Salah satunya dengan
metode Montessori karena metode ini kenal
sebagai progam berkualitas bagi anak, progam Montesorry lebih menekankan
keteraturan, anak yang mandiri , pembelajaran terarah mandiri, lingkungan yang
tenang, dan anak sebagai pusat proses pembelajaran sehingga perkembangan anak
dapat secara optimal. Peran seorang guru / pendidik dalam metode ini sangat di
perlukan.
B.
Saran
Diharapkan
dengan pembuatan makalah ini semua instansi sekolah Pendidikan Anak Usia Dini
dapat menerapkan metode Montessori dan memanfaatkan barang bekas untuk media
pengembangan aspek-aspek anak usia dini. Dalam
mengaplikasikan memanfaatkan barang bekas menjadi suatu media untuk
mengembangkan aspek-aspek anak usia dini diperlukan guru yang yang kreatif,
inofatif dan kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Morrison
Jeorge S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Sujiono
Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta:Indeks
http///:belajarpsikologi.com/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini.09.00/06-04-2014.
Dahar
,RatnaWilis.2011.Teori-Teori Belajar&Pembelajaran.Jakarta:Erlangga
Dahar.2011.Teori
Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan
Implementasi dalam Pendidikan.Online
tersedia:http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html.diakses
pada tanggal 13 Maret 2013
Nasution
,Zulfikar. 2011.Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Online tersedia http://zulfikarnasution.wordpress.com /2011/09/17/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget/.Diakses
pada tanggal 13 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar